Selasa, 15 April 2008

BERJUTA LARIK PUISI

Berjuta larik puisi pulang ke rumah sunyi
Mereka tak sanggup bercerita tentang para pengungsi
Di mana mesti diletakkan tanpa perasaan sangsi
Tubuh Palestina yang ditopang gemetar sepasang kaki

Ketika terpandang oleh mereka awan jingga senja
Seolah isyarat untuk terus terjaga
Ketika terdengar oleh mereka derap langkah tentara
Tiba waktunya untuk tak sekadar berjaga

Jalan yang mereka tempuh tak memiliki udara
Gua panjang penderitaan setia mengelilingi
Udara yang mereka hirup adalah jalan perang
Lukisan kepedihan dipahat pada ruh yang pergi

Luka terlampau nyeri karena nyaris tak terpahami
Darah terlampau merah karena tak ingin menyerah
Hidup begitu gugup berpetak-umpet dengan maut
Mati tak lagi ditakuti seperti janji yang harus ditepati

Akhirnya berjuta larik puisi kembali ke rumah sunyi
Mereka ingin tinggal di sudut rak perpustakaan
Untuk sekali waktu menjadi alamat ziarah
Tempat berhimpun para syuhada yang tak pernah
sungguh-sungguh mati

2006


DI TEPI TIGRIS

Di tepi Tigris, perang itu berlangsung
Di tepi makam kami, kalian menangis
Untuk apa?

Ke tepi Tigris, kami semua dikirim
Penuh semangat sekaligus ketakutan
Menggembungkan dada dan ransel kami
Ke tepi Tigris, di masa lalu
Kalian tamasya. Menabur bunga, puisi
Dan surat-surat cinta

Ke tepi Tigris, kini tinggal ziarah
Kalian menabur bunga untuk mengenang
Karena saudaramu, kami yang malang,
pernah dijemput maut di sini
Untuk sesuatu yang sia-sia dan
berkepanjangan

Di tepi Tigris pasir bergelora
Mengubur sekaligus menumbuhkan
dendam-dendam baru
Tapi, untuk apa?


1992


JERUSALEM

Kami selalu berbondong dalam kubah rasa takut, juga
cemeti yang rajin melecut, berjalan lurus menuju plaza
tanah perjanjian itu. Kami selalu memaklumi diri sebagai
prajurit dengan pemimpin sebayang impian untuk sampai
pada Jalan Keselamatan, Darussalam yang tak pernah diketahui
titik bujur dan lintangnya dalam perjalanan hidup kami.
Kami selalu menjadi hikayat sebelum dilahirkan, dan tak
terbaca lagi nama kami setelah kematian. Kami adalah sebuah
garis takdir yang beredar pada orbit di luar peradaban, bermandi
debu dan darah, bermain peluru dan granat, yang kisahnya
senantiasa dibaca penuh hikmat oleh hampir seluruh umat,
dielu-elukan dalam puisi yang gemetar, meski mereka hanya
melihat secara samar-samar

Mungkin di jejak pendahulu kami ini ada sisa sujud untuk
diteruskan.

Perjalanan tak putus pandangan adalah shaf-shaf gaib yang
gema suara imamnya terlampau lirih untuk dicatat
pada buku perdamaian. Mereka belum sempat mendengar jelas
untuk menuliskan maklumat, terburu tinta itu kesat

Kota itu, entah apa namanya, telah mengubur dirinya
dalam timbunan jenazah kami


2006


CINTA TETAP TUMBUH

Kepada gadis Palestin itu kuserahkan bunga
Ia tak bertanya, dari mana gerangan kuperolah kuntum lili itu
Ia terlalu tenggelam dalam perasaan yang megah
Seolah dunia memandangnya dengan mata berbinar
Sejenak terlupa, angin tetap mengirim debu
Pada antero derita yang ditanggungnya

Pipinya merah dadu
Sebuah paras yang luput dari lukisan perang
Bibirnya terbasuh kesumba
Oleh gemetar kata-kata yang hendak diucapkannya

Kepada gadis Palestin itu kuserahkan mahkota
Yang terbuat dari kertas surat kabar, terlampau sederhana
Lalu ia janjikan sebuah pasmina
Yang pernah berbulan-bulan menutupi rambutnya
Seolah aku, dalam tiupan angin kering ini, telah mencium
aroma wangi lehernya yang melekat di ujung rajutannya

Matanya mengandung cahaya
Tentu itu api harapan yang sengaja dinyalakan
Sebelum aku pulang, istirah dari kemelut
Seraya merasa bersalah telah meninggalkannya
Dalam marabahaya

Tapi cinta tetap tumbuh
Seperti lumut yang mendekap batu
Ah, tidak!
Seperti butir pasir yang selalu kembali ke
hamparan gurun
PALESTINAkarya : Habiburrahman SaeroziTantangan si Kecil Dorrah Kepada Tentara Israel, Sedetik SebelumAjalnya Datang MenjelangDengan membusungkan dada,Dada yang merah menyalaDengan mengepalkan tangan kanannya,Tangan yang merah menyalaIa teriakan sebuah tantangan,Tantangan yang merah menyalaKepada seluruh tentara Israel yang durjana?Ayo, tembakan seluruh peluru kalianPada dadaku dan dada seluruh anak PalestinaMaka kalian akan kalah bersama keputus asa?anDan kami akan menang bersama keyakinan!? Doa si Kecil Dorrah Untuk Ariel Sharon Sang Jagal Manusia Sedetik Sebelum Ajalnya DatangMenjelangDengan bibir bergetar menahan derita, derita anak-anak Palestina Ia berdoa untuk Sang Jagal Manusia Ariel Sharon Aku doakan kau Sharon semoga berumur panjang,Agar kau dapat terus menyalurkan hobimuMembunuh anak-anak kecil tanpa dosaDi mana sajaTuhan akan membinasakanmu mengutukmu dengan sejadi-jadinya Kelak di neraka ! Kairo, 20 Oktober 2000 Ketika Seorang Ibu Palestina Melahirkan Anaknya (Sajak ini ditulis untuk mengenang terbunuhnya Shafia, bocah Palestinaberumur tiga tahun yang ditembak tentara Israel beberapa hari setelahtertembaknya Muhammad Al Dorrah )Ketika seorang ibu Palestina melahirkan anaknyaIa lantunkan suara adzan di telinga kanannyaDan pangggilan qamat di telinga kirinyaLantas ia tanamkan sebuah pesan suci dalam hatinya?Anakku, ayo sebut nama Allah,Cepatlah bangkit, ambillah surgamu, ambillah mahkotamuYang dirampas ular bersisik bintang setan bernama ?Israel durhaka.? Anakku, Ular itu menjijikkan ibumu, Ular itu menjijikkan seluruh umat manusia Ular itu meresahkan dunia Cepat bunuh dia, rajam dia dengan batu-batu neraka. Anakku, ayo sebut nama Allah, Cepatlah bangkit, ambil batu-batu itu rebutlahlah surgamu, rebutlah mahkotamu Jangan ragu ! Jika kau mundur setapak saja Melawan Israel durjana Yang telah berabad-abad menjadi musuh Tuhanmu, Menjadi musuh nabimu, Menjadi musuh ibumu, Menjadi musuh ayahmu, Dan menjadi musuh saudara-saudaramu seluruh umat manusia Jangan kau sebut aku ini ibumu.? Seketika itu satu juta pahlawan Palestina terciptaDengan keberanian luar biasaDengan dada merah menyalaBergerak bersama-samaBersenjata batu-batu nerakaSiap melumat Israel durjana sejadi-jadinyaTanpa sisa. Cairo, 21 Oktober 2000 Cara Orang Palestina Berbuka Puasa Orang-orang Islam sedunia berbuka puasaDengan kurma dan makanan yang lezat lainnyaTapi orang-orang Palestina berbuka puasaDengan batu-batu dan luka-luka yang menganga. Cara Orang Palestina Berhari Raya Tiap hari orang Palestina berhari rayaMerayakan gugurnya pahlawan merekaBunga-bunga surgaMenemani hari-hari mereka Batalyon Izzuddin El Qassam Menjiwai ajaran MuhammadMewarisi kejantanan ShalahuddinMemperjuangkan kemerdekaan negeriMengumadangkan perdamainan sejati Tanpa penindasan,tanpa penjajahan,tanpa pengusiran,tanpa penyerobotan tanah air orang lain,tanpa pemerkosaan,tanpa teror,tanpa kepengecutanTak pernah menyerah pada musuh Tak pernah takut pada kematian Satu lawan satu kalau berani Atau terserah, kalian Israel, pasti kami hancurkan ! Mati satu tumbuh seribu Inilah batalyon pilihan Kebanggaan rakyat Palestina Yang terus bergerilya, melawan penjajahan Mengharap kerelaan Tuhan
Bocah-bocah kecil ituBerlari, melompat, dan menyerbuLihat kawan..Beradu dengan bom dan peluruHanya dengan batu-batuBocah-bocah kecil ituMenerjang tiada gentarMemburu tiada raguIa bukan di negeri khayalanIa ada di sana, PalestinaTak ada paksaan untuk bergerakTak ada pula hadiah pengganti lukaIa hanya inginkan surgaDan bumi Palestina merdekaJangan tanya kapan ia akan berhentiJangan tunggu kapan ia akan mengeluhKarna ia akan selalu kembaliTuk bebaskan tanah suciKarna akan selalu terdengarLemparan batu dan teriakan Allahu AkbarSiapa bilang ia kalah?Bahkan lawan pun ketakutanSiapa bilang ia salah?Bahkan langitpun memujinyaAkan selalu ada Allah bersamanyaMenemani hari-harinya, desah nafasnya, di relung hatinya...**Puisi yang sudah lama kutulis, untuk mereka...Perindu Surga. Wajib baca juga Bayan Ikhwanul Muslimin Soal Kondisi Terkini di Palestina di sini."Kami mengajak kepada semua bangsa Arab dan umat Islam seluruhnya bersama bangsa-bangsa merdeka lainnya di dunia selalu mendukung sikap bangsa, pemerintahan koalisi nasional dan perlawanan Palestina dengan berbagai cara."